I.
PENALARAN
- Pengertian
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (observasi empiric) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian.
- Proposisi
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang
memiliki arti penuh, serta mempunyai nilai benar atau salah, dan tidak boleh
kedua-duanya.
- Inferansi
dan Implikasi
Inferensi, menurut Nababan (1984), merupakan kekeliruan
yang terjadi sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu
atau dialek ke dalam bahasa atau dialek kedua. Senada dengan itu, Chaer dan
Agustina (1995: 168) mengemukakan bahwa interferensi adalah peristiwa
penyimpangan norma dari salah satu bahasa atau lebih.
Implikasi artinya akibat, seandainya
dikaitkan dengan konteks bahasa hukum, misalnya implikasi hukumnya, berarti
akibat hukum yang akan terjadi berdasarkan suatu peristiwa hukum yang terjadi.
Bahasa hukum sebenarnya tidak rumit,
prinsipnya bahasa hukum masih mengikuti kaidah EYD, bahasa Indonesia baku.
Tetapi, untuk konteks tertentu, ada hal-hal yang tidak bisa mempergunakan
bahasa Indonesia baku.
- Wujud Efidensi
Dalam
wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang
dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari
suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistik, dan
keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada
seseorang, semuanya di masukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan
infromasi (bahan keterangan). Pada dasarnya semua data dan informasi harus
diyakini dan diandalkan kebenarannya. Untuk itu penulis atau pembicara harus
mengadakan pengujian atas data dan informasi tersebut, apakah semua bahan
keteraangan itu merupakan fakta.
- Cara Menguji Fakta
Untuk
menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta,
maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian
tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta,
sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua
yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat
kesimpulan yang akan diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi
1. Konsistensi
2. Koherensi
- Cara Menguji Autoritas
Seorang
penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari
tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan
pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian
atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar